KOMPAS.com - SELAMAT dan luar biasa! Hanya kata itu yang tepat diucapkan untuk dr Riana Helmi. Dalam usianya yang belum genap 18 tahun, tepatnya 17 tahun 11 bulan, remaja kelahiran Banda Aceh itu diwisuda sebagai dokter dari Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Wisuda dilakukan di gedung pertemuan UGM Grha Sabha Pramana, Yogyakarta, Selasa (19/5) kemarin.
Riana, demikian gadis berperawakan kecil itu akrab disapa, menyelesaikan kuliah dalam waktu tiga tahun enam bulan dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) sangat memuaskan, yaitu 3,67. Karena prestasinya itu, Riana sempat menerima pujian dan diminta berdiri oleh Rektor UGM Soedjarwadi.
"Ya, Alhamdulillah saya bisa jadi wisudawan termuda," ucapnya didampingi kedua orangtuanya, Ajun Komisaris Helmi dan Rofiah seusai wisuda.
Riana lahir di Banda Aceh, Nanggroe Aceh Darussalam, 22 Maret 1991. Dia masuk ke Fakultas Kedokteran UGM melalui jalur Penelusuran Bakat Skolastik (PBS) pada September 2005. Usianya saat itu masih 14 tahun lewat tiga bulan, atau setara dengan pelajar kelas dua SMP pada umumnya.
Meski sangat muda, Riana mengaku tidak banyak kendala dalam menyesuaikan diri dengan mahasiswa lain yang rata-rata berusia empat tahun lebih tua darinya. Dia juga menjalani kuliah kedokteran secara normal, dengan banyak tugas seperti mahasiswa lainnya. Sebagai mahasiswa termuda, hal ini kerap membuatnya gelisah.
"Kesulitan karena tugas sangat banyak sih ada, tapi syukurlah semua bisa saya atasi," kata Riana yang mempelajari kanker payudara dalam skripsinya.
Lulus dalam usia yang masih sangat muda, Riana masih ingin melanjutkan sekolahnya. Menurut rencana, dia akan mengambil pendidikan spesialis untuk meraih cita-citanya sebagai dokter spesialis kandungan.
Kelas akselerasi
Riana dikenal cerdas sejak kecil. Selama di bangku SMP dan SMA Negeri 3 Sukabumi, Jawa Barat, Riana yang menghabiskan masa kecilnya di Garut dan Sukabumi itu selalu duduk di kelas percepatan (akselerasi).
Selain itu, Riana juga masuk SD pada usia sangat muda, yaitu empat tahun. "Sejak usia tiga tahun dia sudah lancar membaca," kata Helmi yang berprofesi sebagai perwira polisi pendidik di Sekolah Polri Lido, Sukabumi, Jawa Barat itu.
Menurut Helmi, sejak kecil rasa ingin tahu Riana sangat besar. Dia juga lebih gemar belajar daripada bermain. Meskipun tidak ada yang menyuruh, sebagian besar waktu luangnya justru dia isi dengan membaca.
"Riana kecil juga tidak suka bermain boneka. Dia malah takut dan menjerit kalau melihat boneka di dekatnya," ujar Helmi.
Riana, demikian gadis berperawakan kecil itu akrab disapa, menyelesaikan kuliah dalam waktu tiga tahun enam bulan dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) sangat memuaskan, yaitu 3,67. Karena prestasinya itu, Riana sempat menerima pujian dan diminta berdiri oleh Rektor UGM Soedjarwadi.
"Ya, Alhamdulillah saya bisa jadi wisudawan termuda," ucapnya didampingi kedua orangtuanya, Ajun Komisaris Helmi dan Rofiah seusai wisuda.
Riana lahir di Banda Aceh, Nanggroe Aceh Darussalam, 22 Maret 1991. Dia masuk ke Fakultas Kedokteran UGM melalui jalur Penelusuran Bakat Skolastik (PBS) pada September 2005. Usianya saat itu masih 14 tahun lewat tiga bulan, atau setara dengan pelajar kelas dua SMP pada umumnya.
Meski sangat muda, Riana mengaku tidak banyak kendala dalam menyesuaikan diri dengan mahasiswa lain yang rata-rata berusia empat tahun lebih tua darinya. Dia juga menjalani kuliah kedokteran secara normal, dengan banyak tugas seperti mahasiswa lainnya. Sebagai mahasiswa termuda, hal ini kerap membuatnya gelisah.
"Kesulitan karena tugas sangat banyak sih ada, tapi syukurlah semua bisa saya atasi," kata Riana yang mempelajari kanker payudara dalam skripsinya.
Lulus dalam usia yang masih sangat muda, Riana masih ingin melanjutkan sekolahnya. Menurut rencana, dia akan mengambil pendidikan spesialis untuk meraih cita-citanya sebagai dokter spesialis kandungan.
Kelas akselerasi
Riana dikenal cerdas sejak kecil. Selama di bangku SMP dan SMA Negeri 3 Sukabumi, Jawa Barat, Riana yang menghabiskan masa kecilnya di Garut dan Sukabumi itu selalu duduk di kelas percepatan (akselerasi).
Selain itu, Riana juga masuk SD pada usia sangat muda, yaitu empat tahun. "Sejak usia tiga tahun dia sudah lancar membaca," kata Helmi yang berprofesi sebagai perwira polisi pendidik di Sekolah Polri Lido, Sukabumi, Jawa Barat itu.
Menurut Helmi, sejak kecil rasa ingin tahu Riana sangat besar. Dia juga lebih gemar belajar daripada bermain. Meskipun tidak ada yang menyuruh, sebagian besar waktu luangnya justru dia isi dengan membaca.
"Riana kecil juga tidak suka bermain boneka. Dia malah takut dan menjerit kalau melihat boneka di dekatnya," ujar Helmi.
Komentar
Posting Komentar
Berilah komentar yang sopan dan membangun.