
BOGOR - Lembaga Penerbangan Antariksa Nasional (LAPAN) dan Institut Pertanian Bogor (IPB) mengembangkan satelit penginderaan jarak jauh.
Satelit tersebut akan difungsikan menunjang program ketahanan pangan, khususnya di sektor pertanian. Menurut Kepala LAPAN Dr Adi Sadewo,satelit tersebut bentuknya seperti kebanyakan yang berada di luar angkasa.
“Tetapi, satelit ini memiliki kamera yang dilengkapi filter khusus spektrum pertanian,” imbuhnya usai penandatanganan Memorandum of Understanding
“Kendalanya kalau awan tebal,satelit ini tidak bisa melakukan penginderaan sesuai yang diharapkan seperti satelit yang bersifat radar. Harganya pun masih di bawah yang radar, yakni sekitar USD400 juta,” ujarnya.
Menurut Adi, satelit tersebut nantinya dinamakan Lisat (LAPAN-IPB Satelit), bermuatan misi pencitra multispektral, dirancang sebagai sarana untuk membangun pertanian di Indonesia. Selain itu, satelit ini didedikasikan untuk mendukung program ketahanan pangan nasional. “Hingga saat ini, LAPAN dan IPB sedang melaksanakan studi untuk menetapkan spesifikasi sensor muatan satelit dan bus satelit,” jelas Kepala Pusat Teknologi Elektronika Dirgantara LAPAN drs Toto Marnanto Kadri.
Satelit tersebut dibangun dan dirakit sendiri di dalam negeri dengan beberapa tahap.Di antaranya, tahap pertama tahun ini mempersiapkan spesifikasi sensor muatan dan bus satelit. Tahap berikutnya diharapkan selesai dan siap diluncurkan pada 2014. Setelah itu, nantinya satelit ini akan ditempatkan pada orbit sun synchronous low earth orbit (SSO LEO) di ketinggian sekitar 650 km. Di tempat yang sama, Rektor IPB Prof Dr Ir Herry Suhardiyanto menyambut baik kerja sama tersebut sebagai salah satu upaya membangun ketahanan pangan nasional.
“Sebab, selama ini kami hanya mengira-ngira dan memprediksi soal data pembangunan pertanian. Diharapkan dengan satelit ini, data soal ketahanan pangan tidak lagi berdasarkan ramalanramalan, tapi benar-benar akurat,” jelasnya.
Lebih lanjut dia berharap satelit ini juga dapat menggambarkan kondisi lahan pertanian. Khususnya terkait dengan persawahan yang ada di Indonesia. “Dalam hal ini, ada semacam pemaknaan kalibrasi (warna) hasil penginderaan jarak jauhnya. Misalnya dari satelit bisa diketahui produktif tidaknya sebuah lahan di suatu daerah,” jelasnya.
Terkait dengan ketahanan pangan, satelit tersebut juga nantinya bisa mengetahui kapan tepatnya masa panen dilakukan.“Minimal bisa menginformasikan kepada petani. Bahkan,satelit ini bisa diakses oleh umum,”tandasnya.
Menurut dia, untuk mengembangkan satelit tersebut, dari mulai tahun ini hingga peluncuran satelit selama lima tahun yakni 2014- 2019, bakal menghabiskan dana Rp180 miliar.
Komentar
Posting Komentar
Berilah komentar yang sopan dan membangun.